Loser become a winner

Suatu keluarga kecil memiliki seorang anak bernama Diandra, ia tumbuh dengan sehat dan ceria. Tak hanya itu, Diandra memiliki bakat yang luar biasa, ia memiliki talenta dalam menari tarian klasik ya, Ballet. Sedari kecil ia sudah piawai dalam melentikkan jari-jari kakinya. 

Setiap kompetisi ia ikuti baik itu dalam kota maupun luar kota. Tetapi ia tak pernah dapat posisi pertama, ia selalu berada di posisi kedua atau ketiga. Ia selalu semangat dan tak pernah lelah untuk meraih posisi utama tersebut. Sampai suatu ketika ia betul-betul sudah mulai menyerah, ia sudah mulai tidak tertarik dalam mengikuti kompetisi Ballet apapun. Sampai kedua orang tuanya pun heran dan kaget ketika ditawari untuk mengikuti suatu kompetisi yang cukup bergengsi tetapi Diandra menolaknya. 

Mulai saat itu ia menyimpan sepatu Ballet andalannya, ia mulai terpuruk, selalu mengasihani dirinya, dan menyalahi keadaan. Musik Ballet yang biasa mengiringinya berlatih di rumahnya sudah tak terdengar lagi. Diandra terkadang sering terlihat melamun dikamarnya, ia betul-betul menutup dirinya dari hal-hal per-Ballet-an. Diandra berubah menjadi sosok yang pemurung, pikiran-pikiran negatif tentang kegagalannya yang tak bisa meraih posisi pertama selalu menghatuinya. 

Suatu ketika ia sedang berjalan sore di taman yang berada di perumahannya. Ia melihat seorang anak kecil sekitar berumur enam tahun sedang berlatih Ballet dengan sungguh cantik nan anggun. Dari sana ia melihat dirinya waktu seumur anak tersebut. Kemudian ia pun pulang dan membuka kotak sepatu andalannya, ya benar sepatu Balletnya. Memorinya akan kecintaannya terhadap Ballet pun terputar.

Ia mulai memainkan musik klasik untuk melenturkan kembali tubuhnya dalam menari tarian klasik tersebut. Kedua orang tuanya sangat bahagia melihat anaknya kembali seperti dahulu yang mencintai Ballet. Diandra mulai bangkit dari keterpurukannya, ia mulai berusaha untuk tidak larut dalam kesedihan dan tidak mengasihani dirinya sendiri terlalu dalam. Sugesti positif mulai mengalir dipikirannya. 

Bangkitnya kembali seorang Diandra membawanya ke pintu-pintu kesempatan. Suatu waktu ada suatu kompetisi yang sangat bergengsi tingkat iternasional. Ia bertekad untuk mengikuti kompetisi tersebut dan berjuang untuk mendapatkan juara pertama. Setiap hari selepas sekolah ia terus berlatih, menjaga pola makan dan tidurnya. Terpenting dari semuanya ia terus mensugesti dirinya bahwa ia bisa. Ia bertekad untuk selalu berpikir positif dan tidak mau dipenuhi dengan keragu-raguan.

Kompetisi tersebut pun dimulai. Disana ia menampilkan secara penuh, semaksimal mungkin ia taklukan hati setiap mata yang melihatnya. Semua mata tertuju padanya, bahkan sampai ada yang terharu karena penampilannya yang sungguh indah dan menawan hati. 

Tibalah saat pengumuman, Diandra pasrah akan hasil yang ia dapat. Bahkan ia tak memikirkan lagi posisi berapa yang akan ia tempati. Ia hanya bersyukur dapat bangkit dari keterpurukannya dan sudah bisa menampilkan yang terbaik. Ia ikhlas apapun hasilnya. Ketika juri menyebut skor perolehan posisi pertama, jantung Diandra berdegup tak karuan. 

Skor 2045 yakni pemenang utama diraih oleh Diandra Vernanda....suara riuh bangga dan tepuk tangan terdengar. Tak terasa air mata haru meluncur di pipi Diandra. Tangis haru dan bahagia di rasakan kedua orang tuanya. Diandra dengan gemetar memegang piala penghargaan juara pertamanya. Sambil memegang piala tersebut dan memegang seikat bunga matahari. Suara jepretan kamera pun terdengar, dimana menjadi bukti sejarah dan terpajang di ruang tamu rumahnya dan di dinding kamarnya. 

Comments

Popular posts from this blog

Hikmah dari kisah Sylvester Stallone